17 Januari, 2013

Halusinasi Kepuncak Fantasi


            Dari halusinasi mengantarkan pada puncak fantasi. Bayang-banyang penuh rupadan gaya seolah menggambarkan manusia seluruhnya.
            Pada awalnya kita putih, bersih, kosong hingga faktor X yang mengubah kita. Aku dengan warnaku dan kau dengan warnamu. Merah kuning hijau bahkan hitam. Semua hakikatnya tentang ke “Indahan” namun saat semua disalah artikan maka semua akan menjadi “Darah”.
            Terkadang ada saatnya untuk kita sadari dan mencoba memaknai hari, hidup dan kehidupan. saat sendiri coba mengingat wajah-wajah yang ada mengisi kehidupan dan mewarnai yang tersimpan rapi dalam otak.
Wajah yang penuh dengan keceriaan bagai sebuah mentari pagi. Hingga wajah-wajah yang murung seolah berada di ruang gelap abadinya sebuah Goa.
Semua itu terangkum menjadi satu yang manusia sebuat dengan “warna kehidupan”.
Wajah-wajah yang tulus hingga topeng yang penuh dengan kemunafikan tetapi itulah kehidupan. ada yang tulus namun tak jarang hanya sebuah modus.
            Ada yang datang dan ada yang pergi, hari ini kita terlahir dan besok dan besok pasti mati dan menuju kehidupan selanjutnya. Dimana hari tanpa hari, dimana tiada tuan dan tiada hamba, tanpa si miskin dan si kaya, tiada si bodoh dan si pintar. Yang ada hanya aku, kau dan Allah “Rabby wa Rabbukum”.