Dari
halusinasi mengantarkan pada puncak fantasi. Bayang-banyang penuh rupadan gaya
seolah menggambarkan manusia seluruhnya.
Pada
awalnya kita putih, bersih, kosong hingga faktor X yang mengubah kita. Aku
dengan warnaku dan kau dengan warnamu. Merah kuning hijau bahkan hitam. Semua
hakikatnya tentang ke “Indahan” namun saat semua disalah artikan maka semua
akan menjadi “Darah”.
Terkadang
ada saatnya untuk kita sadari dan mencoba memaknai hari, hidup dan kehidupan.
saat sendiri coba mengingat wajah-wajah yang ada mengisi kehidupan dan mewarnai
yang tersimpan rapi dalam otak.
Wajah yang penuh dengan keceriaan bagai sebuah mentari pagi.
Hingga wajah-wajah yang murung seolah berada di ruang gelap abadinya sebuah
Goa.
Semua itu terangkum menjadi satu yang manusia sebuat dengan
“warna kehidupan”.
Wajah-wajah yang tulus hingga topeng yang penuh dengan
kemunafikan tetapi itulah kehidupan. ada yang tulus namun tak jarang hanya
sebuah modus.
Ada yang
datang dan ada yang pergi, hari ini kita terlahir dan besok dan besok pasti
mati dan menuju kehidupan selanjutnya. Dimana hari tanpa hari, dimana tiada
tuan dan tiada hamba, tanpa si miskin dan si kaya, tiada si bodoh dan si
pintar. Yang ada hanya aku, kau dan Allah “Rabby wa Rabbukum”.