Hari ini
tahapan pra Diksar Mapala Meratus IAIN Banjarmasin ke XXI yaitu Interview dimana
dari proses ini setidaknya ada tiga hal yang ingin kita gali dari masing masing
peserta. Pertama, Wawasan dan
Intelektual, Kedua, Psikologi, dan Ketiga, tentang kesehatan dan kondisi
fisik. Dari Pendaftaran Open Recruitment ada 32 orang calon anggota (calang)
yang mendaftarkan diri untuk bergabung bersama Mapala Meratus.
Kebetulan aku bersama beberapa anggota lainya mendapat jatah
mewawancarai pada aspek wawasan dan intelektual.
Satu persatu peserta memasuki ruangan interview dan jawaban
demi jawaban baik yang bersifat normative, kritis dan tidak jarang yang asal-asalan
terlontar dari peserta.
Hingga masuk seorang calang mahasiswa semester satu yang
berperawakan kecil dan menggunakan kofiah.
Pada awalnya pertanyaan standar yang ku ajukan Apa yang anda
ketahui tentang Mapala Meratus?
Dari sinilah semua berawal,
Peserta ini bingung untuk menjawab
apa!
peetayaan kedua, apa saja kegiatan mapala yang diketahuinya?
Namun, masih saja jawabannya seperti pertanyaan di awal.
Pertanyaan kualihkan kearah yang bersifat umum, sekarang
kuliah jurusan apa?
di sini dia baru bisa menjawab dan ternyata dia satu jurusan denganku di
Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pertanyaan kembali ku ajukan, kamu bisa baca Qur’an? Bisa katanya,
Kukeluarkan sebuah mushaf kecil dari
dalam ranselku dan kuminta dia untuk membaca sebanyak 5 ayat. Dan ternyata dia
masih terbata dalam melantunkannya ditambah lagi dengan hukum bacaannya yang
masih kurang tepat.
Dari sini
kusudahi pertanyaan interview untuknya. Dan aku lebih tertarik untuk membawanya
berdiskusi untuk memberikan beberapa pertimbangan untuknya.
Sebagai seorang muslim semestinya kita bisa membaca al-Qur’an
karena ia adalah pedoman serta petunjuk bagi kita. Jika dihutan kita perlu
kompas sebagai alat navigasi agar tak tersesat, maka di kehidupan kita juga membutuhkan
petunjuk arah dan itu adalah al-Qur’an. terlepas dari segala macam kekhilafan
yang telah dan mungkin akan kita lakukan setidaknya dengan petunjuk tadi kita
bisa kembali kejalan-Nya. Aku mengingatkan kalau “kita” adalah seorang calon
pendidik yang harusnya dapat memberikan pendidikan serta pencerdasan pada murid
dan dalam hal ini al-Qur’an sebagai pondasinya.
Maaf, seandainya kamu tidak bisa kami luluskan untuk
mengikuti tahapan selanjutnya dari DIKSAR XXI Mapala Meratus. Akan lebih baik
jika sementara waktu ini kamu lebih memfokuskan waktumu untuk memperbaiki
bacaan al-Quran dan melupakan sejenak hasrat untuk mengikuti organisasi kampus
apapun itu, kecuali yang bisa memfasilitasi kamu secara intensif seperti
Lembaga Pengkajian & Pengajian al-Quran.
Kusarankan juga dia untuk selalu membawa mushaf kecil dalam
sakunya agar bisa dibaca-baca ketika ada waktu luang dan karena dia ternyata tidak
memiliki mushaf kecil kuberikan mushaf kecil dari ranselku tadi sebagai hadiah.
Entah kenapa, belakangan ini aku selalu ingin membawa benda
kecil ini dalam ranselku, mungkin agar bisa lebih mengingatkanku kepada Tuhan. Tapi
yang jelas mungkin dia sedang berjodoh pada calon anggota ini.
Maaf, bukannya aku ingin mengguri atau sok berilmu. Aku dan
anda sama saja, dan aku mungkin jauh lebih bodoh dari anda. Aku hanya saja
mencoba mengatakan apa yang menurut ku baik.
Jika kamu sudah cukup siap. Seandainya kamu masih berminat
Tahun depan Insya Allah masih ada DIKSAR XXII Mapala Meratus IAIN Antasari
Banjarmasin dan silahkan bergabung!!
Aku
berfikir dan bercakap dalam hati, pada dasarnya setiap organisasi seperti kami
menginginkan adanya anggota-anggota baru hasil dari kaderisasi sehingga dapat
meneruskan tongkat estafeta dan membawa kemajuan bagi organisasi kedepan.
Namun saya fikir akan lebih bijak jika kita juga
mempertimbangkan berbagai aspek dan ketika calang memiliki kewajiban lain yang
belum direalisasikannya maka dengan dewasa organisasi harus bisa mengambil
kebijakan, apakah membiarkan nya terus mengikuti tahapan recruitmen dengan catatan nantinya harus bisa
maksimal memfasilitasi kebutuhannya ataukah mengarahkan ketempat yang mampu
secara intens menjawab permasalahannya.
Dilematis memang tapi bagiku seharusnya jangan mainkan egoisme
organisasi di sini, karena kita juga memiliki tanggung jawab moral dan harus
menjalankan fungsi sebagai educator bagi masyarakat walaupun itu calon
anggota kita sendiri.
Dan terima kasih
atas kejadian hari ini ada beberapa komponen dalam hati dan jiwa ku yang
kembali berfungsi