12 Maret, 2011

Mapala Gak Bisa Diatur tapi Teratur

    Mapala, mungkin berbagai macam yang akan tergambar dibenak kita ketika mendengar kata ini. mulai dari mahasiswa yang gemar dengan kegiatan alam bebas, hingga mahasiswa yang hidupnya semaunya tanpa “aturan”.
Tapi apapun asumsi masyarakat tentang mapala, organisasi ini tetap saja diminati mahasiswa, ini terlihat dari tersebarnya organisasi ini hampir disetiap kampus khususnya Banjarmasin.
Demikian juga di IAIN Antasari, Mapala menjadi salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Khusus (UKMK) yang dapat menjadi pilihan mahasiswa untuk menyalurkan minat dan bakatnya dibidang kepecinta alaman dan olahraga alam bebas. Namun walaupun secara umum Mapala fokus pada Lingkungan, namun di Mapala meratus memilliki tujuan khusus yang sesuai dengan almamater IAIN yaitu yang bernafaskan Islam yaitu Syiar, sebagaimana kepanjangan dari nama Mapala Meratus (Mengembara Untuk Tujuan Syiar).
     Sehingga jangan aneh jika dalam kegiatan sosial dan sosialisasi pedesaan mereka terselip dakwah Islam, walaupun bukan dengan bentuk yang vulgar sebagaimana da’I pada umumnya. Hal ini wajar karena dalam perspektif Mapala Meratus, yang terpenting adalah esensi dari dakwah itu sendiri bukan bentuk atau formalitasnya. Apalagi ketika yang menjadi objek dakwah adalah masyarakat pedalaman, jelas penyampaiannya harus dengan format yang berbeda yang sesuai dengan kondisi sosiologi dan psikologi objek dakwah kita.
     hal ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW “Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan kadar akal (intelektualitas) mereka” (H.R. Muslim) atau dalam redaksi hadits yang lain “berbicaralah sesuai dengan bahasa mereka”.
Demikian juga dalam pembicaraan-pembicaraan ringan para anggota Mapala Meratus tidak jarang membicarakan seputar problematika ke Islaman.
Begitupula dalam konsep konservasi dan mencintai lingkungan pada hakikatnya hal ini adalah realisasi dari konsep Islam tentang lingkungan.
Sebagai contoh dalam al Quran dalam surah ar Rum ayat:41 Allah berfirman
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan Karena perbuatan tangan manusi, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Dari ayat diatas sebenarnya dapat dipahami bahwa manusia memiliki peran aktif dalam penghancuran dan perusakan lingkungan di muka bumi ini dengan eksploitasi berlebih terhadap alam baik penambangan, penebangan hutan, hingga perburuan gila-gilaan. Dan pada akhirnya manusia juga lah yang akan merasakan dampak kerusakan itu, mulai dari banjir, tanah longsor, dan bencana alam lainnya.
Oleh karena itu mapala meratus sebagai organisasi pecinta alam memiliki kewajiban untuk melakukan konservasi terhadap alam yang rusak hingga melakukan langkah-langkah preventif lainnya. Karena mencegah lebih baik dari pada mengobati.
Hal di atas mungkin terlihat simple namun itulah cara mapala meratus untuk merealisasikan konsep ke Islam, dan tentunya dengan metode mereka sendiri, sebagaimana motto mapala meratus “biarkan kami berkreasi dengan cara kami sendiri, Tidak bisa diatur tapi teratur”. Respect, Prevent, and Conservation.
Salam Lestari…(Lhumut Meratus)

1 komentar: