20 November, 2011

SEPENGGAL KISAH PENDAKIAN GUNUNG HALAU-HALAU (Bag-1)



                        Sabtu 2 Juli 2011 aku dan beberapa orang saudara dari Mapala meratus IAIN Antasari Banjarmasin. melakukan ekspedisi dengan tujuan pertama ke Puncak gunung besar (halau-halau) 1901 mdpl Hulu Sungai Tengah . Halau-Halau merupakan puncak tertinggi di gugusan pegunungan Meratus.
            Berangkat dari rumah nenek saudara gentong di Kandangan sekitar jam 7:30-an. Setelah sekitar 3 jam perjalanan menggunakan pick up kami pun sampai di Batu Kambar desa dimana start pendakian dimulai. Senyuman hangat nan jujur dari masyarakat sini seolah menggantikan ucapan selamat datang pada kami.
“ Ketika perbedaan bukan sebuah penyebab perpecahan, semua damai di sini tiada kelompok penindas, dan tiada kebencian karena ditindas”

16 November, 2011

KETIKA ALAM BERBISIK MEMANGGILKU


Kau terlalu cantik sehingga sulit hatiku untuk berpaling darimu dan kau terlalu indah sehingga wajar untuk selalu ku rindukan”.
            Wajar jika aku selalu merindukan tempat ini. Karena hampir setiap pekan aku menginjakkan kaki di tempat ini, dan berbagi waktu disini.
            Hari ini entah kenapa setelah terjaga dari tidurku yang terfikir diotakku hanya tempat ini, bisikan anginnya seperti membisiku untuk datang, dan pepohonan seakan menyapa dan memanggil diriku….Ardhi kemarilah mendekat dan bercumbu denganku, kan kudekap dirimu dengan penuh kemesraan dan kedamaian.
Seperti membius dan menghipnotis fikiranku sehingga ku tak kuasa untuk melawannya. aku terlalu mencintai tempat ini, Gunungnya, Pepohonannya, Rerumputannya, suara Air Terjun dan sungai serta nyanyaian Angin,seluruh binatang, bahkan serangganyapun begitu menakjubkan bagiku. Subhanallah..

14 November, 2011

Bingung Dosen Aku Bingung.

            Semstinya semester ini aku sudah menyelesaikan kuliahku tapi karena “malas” maka harus menjalani kuliah bersama adik-adik angkatan. Tapi satu yg membuatku tidak bersemangat kali ini yaitu mata kuliah yang kusuka di isi oleh dosen diktator yang menurutku tidak memenuhi standar kualifikasi sebagai dosen. Lalu bagaimana mahasiswa bisa berkembang menjadi orang-orang yang kritis-idealis sementara dosennya hanya mendoktrin tanpa menerima masukan apalagi kritikan.
           Sepertinya adik-adik tempat aku numpang belajar dikelasnya ini juga merasakan bahkan mungkin lebih parah karena gak paham dan ketika bertanya dosennya pun seperti gak paham sedang menjelaskan apa. Namun apabila diberi masukan walaupun berbusa dan ngutip buku sana-sini pun tetap sulit dia terima, entah karena menjelaskannya salah, beliaunya gengsi atau memang beliau yang gak paham dengan mata kuliah yang dia ajarkan. Ah sudahlah..
           Jadi teringat Soe Hok Gie “Guru bukan dewa yang selalu benar, dan murid bukan kerbau”. Tapi inilah adanya, mungkin yang terpenting saat ini aku selesai mata kuliah ini, tanpa harus berharap tercerdaskan! Karena tuntutan didepan lebih konyol yaitu skripsi untuk mendapatkan selembar ijazah, dan ijazah ini yang konon menentukan kesuksesan seseorang dan cepat lambat mendapatkannya adalah standarisasi intelektual dan kecerdasan seorang mahasiswa.. Huph,,Nikmati Sajalah!


 

11 November, 2011

KURMA SEBAGAI MAKANAN ALTERNATIF PENDAKI

            
            Bagi para penggiat petualangan alam bebas tentu makanan adalah salah satu hal yang paling penting diperhatikan dalam perencanaan. Karena pendakian tanpa membawa bekal sama dengan “Orang yang sedang berperang tanpa senjata”. Dalam menejemen ekspedisi hal ini pasti sudah menjadi hal yang wajib bagi para petualang. Beras, Mie Instan, Sarden, kornet, hingga cokelat menjadi bawaan yang umum dibawa oleh pendaki. Tapi ada satu lagi makanan utama yang semestinya harus dibawa para pendaki yaitu Kurma kenapa kurma?