09 Maret, 2011

ROBOT OTOMATIS PENGUMPUL SAMPAH



        “Buanglah sampah pada tempatnya” adalah sebuah seruan yang pasti sudah tidak asing ditelinga kita. Dari Sekolah dasar hingga perguruan tinggi kata-kata itu pasti sudah melekat di benak kita. Namun kata tetaplah kata terkadang dia hanya melekat tanpa makna sehingga tidak ada niatan untuk melaksanakannya. Demikian juga Hadits Rasulullah SAW “Kebersihan adalah sebagian dari Iman” mungkin menjadi hadits yang paling poluler namun kepoluleran hadits ini tidak berimbang dengan pengamalan di lapangan.
Kampus IAIN Antasari yang dihuni oleh kalangan Intelektual Muslim ini sebenarnya punya modal yang besar untuk menjadi sebuah kampus percontohan dalam hal kebersihan. Karena di lingkungan ini para Mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas akademika adalah Muslim dan semuanya tahu dan faham bahwa “kebersihan adalah sebagian dari iman”.
Tapi sayang hal ini tampaknya masih jauh dari harapan. Bagaimana tidak, ketika kita memasuki kampus tidak sedikit sampah yang berserakan, mulai plastik bekas penggemar pentol hingga penggemar tembakau, dari penggemar air mineral hingga penggemar air berwarna, untung saja botol penggemar air kedamaian tidak ada yang berserakan di kampus ini.
Anda tidak percaya? Silahkan observasi langsung ke lapangan.

         Sebenarnya telah ada usaha untuk menciptakan kampus yang bersih, dan yang terakhir dilakukan oleh Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Fakultas Tarbiyah dengan pembersihan mading dan pengadaan tong sampah di beberapa titik sentral berkumpulnya mahasiswa di fakultas Tarbiyah. Sebelumnya saudara-saudara dari Mapala Meratus pun melakukan kegiatan pembersihan sepanjang jalan Student Center hingga depan Perpustakaan yang mereka sebut dengan “perang sampah”.
          Niat baik ini tampaknya tidak mendapat respon dari seluruh mahasiswa, karena masih ada saja mahasiswa bodoh yang membuang sampah sembarangan walaupun tong sampah telah terletak di depan batang hidungnya.
Kondisi ini juga bisa kita temukan lingkungan Student Center (SC) di mana tempat yang menjadi pusat organisasi mahasiswa yang semestinya dapat menjadi contoh mahasiswa tetap tidak luput dari sampah yang berserakan.
Hal serupa lebih parah jika dilakukan oleh para oknum calon ulama’ yang tentu memiliki setumpuk pemahaman tentang Islam. Tapi apa mau dilacur jika fakta dilapangan berkata lain. Di pinggir jalan asrama mahasiswa program khusus contohnya sebenarnya telah ada tong sampah namun yang akan aneh kenapa sampah tetap ditumpuk dipinggir jalan padahal jarak antara tempat dimana mereka menumpuk sampah dengan tong sampah hanya berjarak sekitar 3 atau 4 meter.
        Tapi mungkin hal ini wajar dilakukan mahasiwa, jika kita melihat kebelakang gedung rektorat yang menjadi gedung orang tua mahasiwa dan pembuat peraturan ini. Hal yang tidak jauh berbeda akan kita lihat, masih seputar sampah yang berserakan. Coba anda bayangkan kampus yang katanya ingin menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) ini di gedung rektoratnya yang sebesar itu tong sampah yang di letakkan dibelakang hanya sebesar tong sampah di kost saya. Sehingga wajar jika sampah penuh dan melup keluar dari kerangkeng dan akhirnya berhamburan dan tidak sedap dipandang mata.
Kembali kepada kata-kata “Dilarang Membuang Sampah Sembarangan” sebenarnya dengan embel-embel “Mahasiswa” tidak sulit untuk merealisasikan hal ini dalam kehidupan bahkan hanya dengan predikat “siswa” akan dapat memahaminya, namun menjadi sulit bagi mereka yang tidak mengerti Bahasa Indonesia.
Sebenarnya jika kita bisa menanamkan kesadaran pribadi tentang pentingnya menjaga lingkungan, mungkin sampah bukan lagi sebuah masalah dan kampus bersih akan menjadi sebuah kenyataan.
         Seandainya saja setiap masyarakat kampus setelah mengkonsumsi makanan, minuman atau apa saja yang menghasilkan sampah mau mengeluarkan sedikit tenaga untuk berjalan beberapa meter untuk membuangnya di tempat yang telah disediakan. Jika tidak terdapat fasilitas pembuangan sampah, mungkin tidak ada salahnya jika kita simpan sementara di dalam tas saku atau daypack (ransel) hingga menemukan tempat pembuangan sampah. Dan mungkin juga tidak ada ruginya jika melihat sampah berserakan di kampus kita memulungnya. Jika konsep simpel ini dapat direalisasikan oleh setiap individu mari kita lihat perubahannya.
Jika hanya melakukan hal kecil dengan menjaga lingkungan untuk tidak sembarangan buang sampah saja sulit, bagaimana kita mau berbicara tentang hal yang lebih besar, mulai topik wudhu hingga nifas?
Jadi tunggu apalagi? Mengutip kata sederhana namun sarat makna dari KH.Abdullah Gym Nastiar atau yang akrab disapa A’a Gym.
Untuk itu mari kita:
-Mulai dari diri sendiri
-Mulai dari yang kecil, dan
-Mulai dari sekarang
Tanpa dimulai perubahan itu tidak akan terjadi. Biarkanlah perubahan itu terjadi mulai dari diri kita sendiri dan mulai sekarang.
Namun bila masih saja tidak mau sadar dan peduli dengan hal ini, mungkin kita membutuhkah sebuah terobosan modern yaitu robot tong sampah yang punya sensor otomatis dapat mengumpulkan, dan siap untuk mendatangi siapa saja yang akan membuang sampah. Tapi sayangnya sampai lebaran monyet pun mungkin benda seperti ini tidak akan ada.

1 komentar: