21 Oktober, 2012

DILEMATIS ANTARA EGOISME ORGANISASI DAN FUNGSI EDUKATOR


           Hari ini tahapan pra Diksar Mapala Meratus IAIN Banjarmasin ke XXI yaitu Interview dimana dari proses ini setidaknya ada tiga hal yang ingin kita gali dari masing masing peserta. Pertama, Wawasan dan Intelektual, Kedua, Psikologi, dan Ketiga, tentang kesehatan dan kondisi fisik. Dari Pendaftaran Open Recruitment ada 32 orang calon anggota (calang) yang mendaftarkan diri untuk bergabung bersama Mapala Meratus.
Kebetulan aku bersama beberapa anggota lainya mendapat jatah mewawancarai pada aspek wawasan dan intelektual.
Satu persatu peserta memasuki ruangan interview dan jawaban demi jawaban baik yang bersifat normative, kritis dan tidak jarang yang asal-asalan terlontar dari peserta.
Hingga masuk seorang calang mahasiswa semester satu yang berperawakan kecil dan menggunakan kofiah.
Pada awalnya pertanyaan standar yang ku ajukan Apa yang anda ketahui tentang Mapala Meratus?
Dari sinilah semua berawal
Peserta ini bingung untuk menjawab apa!
peetayaan kedua, apa saja kegiatan mapala yang diketahuinya?
Namun, masih saja jawabannya seperti pertanyaan di awal.
Pertanyaan kualihkan kearah yang bersifat umum, sekarang kuliah jurusan apa?
di sini dia baru bisa menjawab dan ternyata dia satu jurusan denganku di Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
Pertanyaan kembali ku ajukan, kamu bisa baca Qur’an? Bisa katanya,  Kukeluarkan sebuah mushaf kecil dari dalam ranselku dan kuminta dia untuk membaca sebanyak 5 ayat. Dan ternyata dia masih terbata dalam melantunkannya ditambah lagi dengan hukum bacaannya yang masih kurang tepat.
            Dari sini kusudahi pertanyaan interview untuknya. Dan aku lebih tertarik untuk membawanya berdiskusi untuk memberikan beberapa pertimbangan untuknya.
Sebagai seorang muslim semestinya kita bisa membaca al-Qur’an karena ia adalah pedoman serta petunjuk bagi kita. Jika dihutan kita perlu kompas sebagai alat navigasi agar tak tersesat, maka di kehidupan kita juga membutuhkan petunjuk arah dan itu adalah al-Qur’an. terlepas dari segala macam kekhilafan yang telah dan mungkin akan kita lakukan setidaknya dengan petunjuk tadi kita bisa kembali kejalan-Nya. Aku mengingatkan kalau “kita” adalah seorang calon pendidik yang harusnya dapat memberikan pendidikan serta pencerdasan pada murid dan dalam hal ini al-Qur’an sebagai pondasinya.
Maaf, seandainya kamu tidak bisa kami luluskan untuk mengikuti tahapan selanjutnya dari DIKSAR XXI Mapala Meratus. Akan lebih baik jika sementara waktu ini kamu lebih memfokuskan waktumu untuk memperbaiki bacaan al-Quran dan melupakan sejenak hasrat untuk mengikuti organisasi kampus apapun itu, kecuali yang bisa memfasilitasi kamu secara intensif seperti Lembaga Pengkajian & Pengajian al-Quran.
Kusarankan juga dia untuk selalu membawa mushaf kecil dalam sakunya agar bisa dibaca-baca ketika ada waktu luang dan karena dia ternyata tidak memiliki mushaf kecil kuberikan mushaf kecil dari ranselku tadi sebagai hadiah.
Entah kenapa, belakangan ini aku selalu ingin membawa benda kecil ini dalam ranselku, mungkin agar bisa lebih mengingatkanku kepada Tuhan. Tapi yang jelas mungkin dia sedang berjodoh pada calon anggota ini.
Maaf, bukannya aku ingin mengguri atau sok berilmu. Aku dan anda sama saja, dan aku mungkin jauh lebih bodoh dari anda. Aku hanya saja mencoba mengatakan apa yang menurut ku baik.
Jika kamu sudah cukup siap. Seandainya kamu masih berminat Tahun depan Insya Allah masih ada DIKSAR XXII Mapala Meratus IAIN Antasari Banjarmasin dan silahkan bergabung!!
            Aku berfikir dan bercakap dalam hati, pada dasarnya setiap organisasi seperti kami menginginkan adanya anggota-anggota baru hasil dari kaderisasi sehingga dapat meneruskan tongkat estafeta dan membawa kemajuan bagi organisasi kedepan.
Namun saya fikir akan lebih bijak jika kita juga mempertimbangkan berbagai aspek dan ketika calang memiliki kewajiban lain yang belum direalisasikannya maka dengan dewasa organisasi harus bisa mengambil kebijakan, apakah membiarkan nya terus mengikuti tahapan recruitmen dengan catatan nantinya harus bisa maksimal memfasilitasi kebutuhannya ataukah mengarahkan ketempat yang mampu secara intens menjawab permasalahannya.
Dilematis memang tapi bagiku seharusnya jangan mainkan egoisme organisasi di sini, karena kita juga memiliki tanggung jawab moral dan harus menjalankan fungsi sebagai educator bagi masyarakat walaupun itu calon anggota kita sendiri.

            Dan terima kasih atas kejadian hari ini ada beberapa komponen dalam hati dan jiwa ku yang kembali berfungsi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar