16 November, 2011

KETIKA ALAM BERBISIK MEMANGGILKU


Kau terlalu cantik sehingga sulit hatiku untuk berpaling darimu dan kau terlalu indah sehingga wajar untuk selalu ku rindukan”.
            Wajar jika aku selalu merindukan tempat ini. Karena hampir setiap pekan aku menginjakkan kaki di tempat ini, dan berbagi waktu disini.
            Hari ini entah kenapa setelah terjaga dari tidurku yang terfikir diotakku hanya tempat ini, bisikan anginnya seperti membisiku untuk datang, dan pepohonan seakan menyapa dan memanggil diriku….Ardhi kemarilah mendekat dan bercumbu denganku, kan kudekap dirimu dengan penuh kemesraan dan kedamaian.
Seperti membius dan menghipnotis fikiranku sehingga ku tak kuasa untuk melawannya. aku terlalu mencintai tempat ini, Gunungnya, Pepohonannya, Rerumputannya, suara Air Terjun dan sungai serta nyanyaian Angin,seluruh binatang, bahkan serangganyapun begitu menakjubkan bagiku. Subhanallah..
            Kuyakinkan hatiku untuk memacu kuda biru titipan orang tuaku, untuk menemani bertualang tak ketinggalan slayer orange kebanggaanku, bangga karena slayer ini adalah atribut ku sebagai pecinta alam, tapi terlepas dari atribut formalitas aku rasa identitas pecinta alam itu ada di hati.
setelah satu jam lebih menunggang kuda biruku akhirnya sampai juga dijalan masuk, udara di sini pun berubah menjadi sejuk, pepohonan pun seakan menjadi gerbang penyambutanku, mereka berbicara kepadaku selamat datang Ardhi, selamat datang saudaraku. Semakin kedalam gugusan perbukitan tersenyum indah padaku. Kuhentikan kuda biruku, menarik kutarik nafas semakin dalam dan dalam, safana hijau kembali membawaku berdiskusi dan bercanda dengan penuh keramahannya.
Aaaaagggghhhh… aku ingin berteriak dan memperingatkan pada dunia jangan ganggu sahabatku, jangan hanya menikmati keindahan kalian tapi jagalah kedamaian dan kehidupan kalian, hingga tak ada lagi tangan-tangan keparat yang merusak dan mengusik ketenangan dan kedamaian ditempat ini.
             Aku terus merenung hingga matahari mulai berjalan kebelahan dunia yang lain untuk memberikan kehangatan dan kehidupan bagi alam yang belum pernah kutemui.
            Mungkin hanya tahun ini saja aku bisa melakukan ini, karena setelah almamater hijauku di museumkan mungkin kesempatan ini akan sangat jarang aku dapatkan. Tapi aku yakin alam ini akan mendapatkan sahabat-sahabat baru, sahabat untuk berbagi keluh kesah dan tercanda gurau bersama.
"Gunung mengajarkan saya banyak hal. Itu membuat saya menyadari bagaimana sepele masalah-masalah pribadi saya. Ini juga mengajarkan saya bahwa kehidupan tidak boleh dianggap remeh."- Junko Tabei

Tahura-Mandiangin, Rabu, 16 November 2011.
Aku, Tuhan dan Alam.


17 komentar:

  1. ardhi = bumi, pas haja dirimu mengabdikan di mapala! kwkwkwwk

    BalasHapus
  2. tampaknya sudah takdirnya begitu mas Rustu!!! ^_^'

    BalasHapus
  3. hahaaha, . .
    mantap . . . .
    dalem kata-katanya , . . .

    BalasHapus
  4. sAWAT handak tnggalam tahu lah!!!ahah

    BalasHapus
  5. Ulya ayuhaaa,,, :)

    Bertualang sampe mati baang!!

    BalasHapus
  6. syal orange/// semangat syal orange

    BalasHapus
  7. Begh,,,sama warna nya yaa!!! ^_^V

    BalasHapus
  8. dr ffoto rasa laen d tahura,, harraw!ternyata bagus lah...

    BalasHapus
  9. Sebenarnya di sana Indah,,namun terkadang keindahan itu kurang kita resapi!!!hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. numpang nanya bang, rute ke Mandiangin dari Martapura. makasih bg.

      Hapus
  10. yups.. dilihat dari sudut pandang yg beda, sesuatu bs menjelma jd indah atau buruk tergantung kita.
    hati2 yg perokok tuh, jgn smpai kebakaran lg dsna... ngancurin sebentar, tapi numbuhinnya lama.
    ahaha

    BalasHapus
  11. sudah pasti itu,
    Mapala yooo.........haha

    BalasHapus
  12. suka dengan kata-katamu sahabat, berkunjung di tagayan hijau yah, follow balik..

    BalasHapus
  13. Yoouuummaann bang...............

    BalasHapus