20 November, 2011

SEPENGGAL KISAH PENDAKIAN GUNUNG HALAU-HALAU (Bag-1)



                        Sabtu 2 Juli 2011 aku dan beberapa orang saudara dari Mapala meratus IAIN Antasari Banjarmasin. melakukan ekspedisi dengan tujuan pertama ke Puncak gunung besar (halau-halau) 1901 mdpl Hulu Sungai Tengah . Halau-Halau merupakan puncak tertinggi di gugusan pegunungan Meratus.
            Berangkat dari rumah nenek saudara gentong di Kandangan sekitar jam 7:30-an. Setelah sekitar 3 jam perjalanan menggunakan pick up kami pun sampai di Batu Kambar desa dimana start pendakian dimulai. Senyuman hangat nan jujur dari masyarakat sini seolah menggantikan ucapan selamat datang pada kami.
“ Ketika perbedaan bukan sebuah penyebab perpecahan, semua damai di sini tiada kelompok penindas, dan tiada kebencian karena ditindas”
            Desa ini unik menurutku karena secara sosiologis masyarakat disini plural karena berbagai agama dan keyakinan damai disini, mungkin mereka tidak mengenal apa itu Pluralisme agama yang menjadi jargon kaum liberalis tapi mereka mengajarkan bahwa toleransi tidak akan hadir dengan jargon dan kata-kata manis.
Sejenak kami beristirahat sejenak di desa ini untuk merenggangkan otot-otat yang lelah di mobil selama 3 jam perjalanan.

Menuju Base Camp 1 Rampah


Sekitar jam 11an kami memulai tracking menuju lokasi camp pertama Rampah. Dan perjalanan panjang, melelahkan namun indah dimulai disini. Lepas dari Desa Batu Kambar kami melalui jembatan yang dibawahnya di aliri air berjeram. Panorama menakjubkan mulai disuguhkan oleh alam Meratus. Untuk mencapai shelter pertama ini kami tracking sekitar 6 jam. Dimana kita harus melintasi beberapa sungai dan mendaki perbukitan namun ditemani oleh nyanyian hewan liar mulai nyanyian burung, spesies primata namun  ada satu suara yang membuat aku dan teman teman terhenti sejenak. Apakah suara itu adalah suara setan??..ahh,,bukan!!!
Suara itu adalah suara perut yang sedang lapar.
            Puncak tiranggang menjadi tempat beristirahat sejenak untuk memenuhi tuntutan demonstran dalam perut dan membasahi tenggorokan yang telah kemarau. Setelah itu kami meneruskan perjalanan ke Rampah, pepohonan tinggi masih lumayan banyak disini dan itu menaungi hampir sepanjang perjalananan. Melewati padang bambu, dan menemui sungai-sungai berjeram yang airnya masih mengalir dengan deras walaupun saat kami ekspedisi jatuh pada musim kemarau. Hal ini karena sungai ini terletak didalam hutan sehingga pepohonan masih memiliki cadangan air yang cukup ketika kemarau datang.
Mamun dalam perjalanan ini kami mulai memasuki wilayah kekuasaan makhluk yang selalu mengincar korban, untuk menghisap. Makhluk inilah yang terkadang membuat ngeri para pendaki, bahkan tidak jarang membuat para wanita histeris ketakutan, suasana mulai mencekam angin mulai bertiup kencang, kabut hitam mulai menutupi pandangan dan suara-suara menyeramkan mulai terdengar samar!!!Alaaahh,,memangnya ini pendakian kepuncak setan jadi ada cerita horornya segala, kaya film-film Indonesia yang membuat pendakian gak enjoy karena dihantui oleh makhluk-makhluk buruk rupa. Makhluk penghisap darah tadi bukanlah Drakula, Genderuwo yang berbulu apalagi setan cilik tuyul yang pintar bekerja. Makhluk itu hanyalah Pacet (Halimatak) yang kehausan!!
Setelah perjalanan yang lumayan melelahkan tim Mapala Meratus akhirnya sampai di Basecamp Rampah, disini kami menginap istirahat selama semalam mengisi kembali tenaga untuk perjalanan selanjutnya menuju Puncak.
Matahari mulai tenggelam Teletubies berpamitan!!hahahaa…
            Di Rampah ini terdapat pondok yang biasa digunakan para pendaki untuk beristirahat dekat dengan air terjun sungai karuh yang Subhanallah eksotis.
            Sambil memasak kami menikmati suasana yang jauh dari hiruk-pikuk kota hanya hangatnya persaudaraan dan suara alam yang terdengar disini namun terkadang juga ada suara-suara kentut terdengar samar namun pasti adanya karena bersama dengan itu bau tak sedap-pun tercium. Hahaah…
Malam telah menggantikan cahaya siang, mata ku mulai mengatuk. Beberapa batang rokok, snack dan susu coklat hangat menemani malamku hingga terlelap.
Namun sekitar jam 2 dini hari seorang anggota bernama Klatau memecahkan keheningan malam karena jaket dan celananya bersimbah darah. Buset lagi-lagi pacet mengganggu kami. Biarlah aku tak kuasa untuk bangun dan Zzzzzzzzzzzzzz -__-‘


Bersambung……..

16 komentar:

  1. akhirnya ada juga yg nulis tentang Hlau-halau...di tungu kelanjutannya...

    BalasHapus
  2. Mantap ceritanya..., dtunggu kelanjutannya.

    *Saya dan teman-teman dari Bogor punya rencana kesana tahun depan.
    Terimakasih info gunung Halau-halau nya :)

    BalasHapus
  3. Kelanjutannya sudah ada tu bang!!

    WAh,,,Selamat datang di Borneo!! :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. pabila handak ka sana lg??? urang banjar balum suah lg ka sana, nah.
      salam Lestari!!!!

      Hapus
    2. Lestari...Insya Allah ad rencana Idul Adha ni mau naik lgi.
      Ikut?? :-)

      Hapus
    3. handak umpaaat,H plus brapa ka?

      Hapus
    4. rencananya justru lebaran di Puncak...hehehe

      Hapus
    5. hhhmmm, kda kwa brubah lg kh ka jadwlnya? mta cp pian ka.

      Hapus
    6. siapa tau kwa gabung untuk sumpah pemuda 28 okt

      Hapus
  4. Wow keren banget..pengen naik Gunung Halau halau....Ayo ceritanya dilanjut dong....Sering ke Banjarmasin tapi tidak tahu ada Gunung tertinggi di sini....saya dari Semarang..ayo bagi ceritanya

    BalasHapus
  5. udah ada tu mas di postingan selanjutnya! :-)

    BalasHapus
  6. rasanya halimatak tu lain luku lawan pacat mang... halimatak kapalanya dua

    BalasHapus
  7. rasanya halimatak tu lain luku lawan pacat mang... halimatak kapalanya dua

    BalasHapus
  8. ulun orang batu tangga blum suah na naik , kaik ulun aja yg pernah kesana

    BalasHapus